5 Perbandingan Sistem Pendidikan di Jerman dan Indonesia
September 30, 2021
Sistem Pendidikan di Jerman - Setiap negara pasti memiliki cara tersendiri dalam memberikan pendidikan bagi warganya. Dan seringkali sistem pendidikan pendidikan tersebut menggambarkan keadaan suatu negara. Nah kali ini kita akan sedikit membahas sistem pendidikan di Jerman dan perbedaanya dengan Indonesia yang Saya kutip dari website Virtu Education
Artikel ini tidak bermaksud “menghakimi” bahwa sistem pendidikan di negara lain lebih baik daripada negara kita. Karena tidak semua yang berasal dari suatu negara cocok dan bisa diaplikasikan di negara lain.
Perbedaan makin terasa kalau dilihat dari biaya kuliah. Baik kuliah di universitas negeri maupun swasta di Indonesia, mahasiswa harus membayar SPP hingga belasan juta Rupiah. Kenapa biaya kuliah PTN di Indonesia bisa sangat mahal? Salah satu jawabannya adalah karena pemerintah tidak lagi memberikan subsidi.
Lain halnya dengan Jerman. Hampir semua universitas negeri Jerman tidak menarik biaya kuliah atau tuition fee, kecuali di dua negara bagian saja. Yaitu di negara bagian Bayern dan Baden Wurttenberg. Dan kuliah gratis ini juga berlaku bagi mahasiswa asing.
Mahasiswa di Jerman hanya ditarik uang administrasi yang nilainya tidak lebih dari € 250 atau Rp 4 Juta per semester.
Di akhir sekolah, guru akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke salah satu dari tiga macam sekolah menengah : Hauptschule, Realschule atau Gymnasium. Guru memberikan rekomendasi berdasarkan prestasi akademik, minat, dan bakat siswa.
Hauptschule dan Realschule cenderung menyiapkan siswa untuk siap kerja atau mandiri. Sementara Gymnasium akan menyiapkan siswa untuk melanjutkan studi hingga universitas. Sistem ini membuat siswa fokus pada bidang tertentu sejak lulus sekolah dasar.
Sedangkan pendidikan Jerman lebih menekankan pada kemandirian. Mereka dituntut untuk bertanggung jawab, logis, dan kreatif. Itulah kenapa anak Jerman diberikan kebebasan untuk mengembangkan dirinya dan tidak terlalu terikat pada aturan dari orang tua.
Orang Jerman bisa dibilang tidak terlalu peduli pada pendidikan agama, tapi mereka memiliki pendidikan etika yang mengajari mereka cara bergaul, bekerja, maupun saling menghormati.
Tapi beda dengan Jerman. Pasca wajib belajar (usia 15 atau 16 tahun), sebagian besar dari mereka memilih untuk mengikuti magang selama 3 tahun. Tidak hanya mendapat pengalaman kerja, siswa juga sudah mendapat gaji selama menjalani magang.
Sedangkan di Indonesia, usaha pemerataan kualitas sekolah ini baru dimulai pada tahun 2019 ini. Yaitu dengan adanya sistem zonasi pada penerimaan siswa SMP dan SMA.
Walaupun sistem pendidikan di Jerman lebih diakui secara internasional, tapi tidak semuanya bisa diadopsi ke dalam pendidikan kita. Perlu kajian lebih mendalam untuk menerapkan sistem yang berasal dari luar.
Ulasan ini hanya ingin memberikan gambaran mengenai bagaimana pemerintah Jerman menerapkan pendidikan pada rakyatnya. Semoga bermanfaat!!
Artikel ini tidak bermaksud “menghakimi” bahwa sistem pendidikan di negara lain lebih baik daripada negara kita. Karena tidak semua yang berasal dari suatu negara cocok dan bisa diaplikasikan di negara lain.
Mengenal Sistem Pendidikan di Jerman dan Indonesia
Akan, tetapi harus diakui Jerman memiliki sistem pendidikan yang lebih tua dan lebih mapan. Jerman telah diakui sebagai salah satu negara terbaik dalam penyediaan pendidikan. Bahkan tidak jarang banyak negara yang mengadopsi pendidikan yang ada di Jerman. Ingin tahu apa saja perbedaan sistem pendidikan di Jerman dan Indonesia? Ini dia ulasannya1.Biaya sekolah
Biaya sekolah dasar sampai SMP negeri di Indonesia adalah gratis. Siswa akan dipungut biaya sekolah saat masuk SMA negeri, itupun tidak seberapa. Karena sekolah negeri di Indonesia mendapat subsidi dari pemerintah. Sedangkan di Jerman, pembebasan biaya sekolah berlaku dari SD atau Grundschule hingga perguruan tinggi.Perbedaan makin terasa kalau dilihat dari biaya kuliah. Baik kuliah di universitas negeri maupun swasta di Indonesia, mahasiswa harus membayar SPP hingga belasan juta Rupiah. Kenapa biaya kuliah PTN di Indonesia bisa sangat mahal? Salah satu jawabannya adalah karena pemerintah tidak lagi memberikan subsidi.
Lain halnya dengan Jerman. Hampir semua universitas negeri Jerman tidak menarik biaya kuliah atau tuition fee, kecuali di dua negara bagian saja. Yaitu di negara bagian Bayern dan Baden Wurttenberg. Dan kuliah gratis ini juga berlaku bagi mahasiswa asing.
Mahasiswa di Jerman hanya ditarik uang administrasi yang nilainya tidak lebih dari € 250 atau Rp 4 Juta per semester.
2.Arah masa depan sudah jelas sejak lulus SD
Anak-anak Jerman bersekolah di SD selama 4 tahun dan semua siswa mendapat pelajaran yang sama. Di Jerman tidak ada UN (Ujian nasional). Nilai akhir ditentukan dari prestasi siswa selama mengikuti pelajaran.Di akhir sekolah, guru akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke salah satu dari tiga macam sekolah menengah : Hauptschule, Realschule atau Gymnasium. Guru memberikan rekomendasi berdasarkan prestasi akademik, minat, dan bakat siswa.
Hauptschule dan Realschule cenderung menyiapkan siswa untuk siap kerja atau mandiri. Sementara Gymnasium akan menyiapkan siswa untuk melanjutkan studi hingga universitas. Sistem ini membuat siswa fokus pada bidang tertentu sejak lulus sekolah dasar.
3.Tujuan pendidikan
Sejak kecil, pendidikan akhlak mendapat porsi yang besar. Jadi anak Indonesia selalu ditekankan untuk sopan santun, taat pada agama, orang tua, dan akhlak mulia lainnya. Ajaran agama memiliki peran besar dalam pendidikan Indonesia. Selain itu, anak selalu mendapat bimbingan baik dari orang tua maupun guru.Sedangkan pendidikan Jerman lebih menekankan pada kemandirian. Mereka dituntut untuk bertanggung jawab, logis, dan kreatif. Itulah kenapa anak Jerman diberikan kebebasan untuk mengembangkan dirinya dan tidak terlalu terikat pada aturan dari orang tua.
Orang Jerman bisa dibilang tidak terlalu peduli pada pendidikan agama, tapi mereka memiliki pendidikan etika yang mengajari mereka cara bergaul, bekerja, maupun saling menghormati.
4.Wajib belajar
Tiap negara memiliki aturan sendiri-sendiri terkait dengan berapa lama wajib belajar. Tapi Indonesia dan Jerman sama-sama menerapkan wajib belajar 9 tahun. Setelah menjalani wajib belajar (lulus SMP), siswa Indonesia biasanya melanjutkan pendidikan ke SMK atau SMA.Tapi beda dengan Jerman. Pasca wajib belajar (usia 15 atau 16 tahun), sebagian besar dari mereka memilih untuk mengikuti magang selama 3 tahun. Tidak hanya mendapat pengalaman kerja, siswa juga sudah mendapat gaji selama menjalani magang.
5.Sekolah unggulan
Bagi kita di Indonesia, seringkali orang tua ingin anaknya bersekolah di sekolah favorit atau unggulan. Tapi istilah sekolah unggulan tidak dikenal di Jerman. Karena sekolah-sekolah di Jerman memiliki kualitas siswa, guru, dan fasilitas yang merata. Dan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun.Sedangkan di Indonesia, usaha pemerataan kualitas sekolah ini baru dimulai pada tahun 2019 ini. Yaitu dengan adanya sistem zonasi pada penerimaan siswa SMP dan SMA.
Walaupun sistem pendidikan di Jerman lebih diakui secara internasional, tapi tidak semuanya bisa diadopsi ke dalam pendidikan kita. Perlu kajian lebih mendalam untuk menerapkan sistem yang berasal dari luar.
Ulasan ini hanya ingin memberikan gambaran mengenai bagaimana pemerintah Jerman menerapkan pendidikan pada rakyatnya. Semoga bermanfaat!!